Hendaknya Wanita Muslimah Senantiasa Mempunyai Sifat Malu
Bersama Pemateri :
Ustadz Ahmad Zainuddin
Hendaknya Wanita Muslimah Senantiasa Mempunyai Sifat Malu adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan Risalah Penting Untuk Muslimah, sebuah kitab buah karya Syaikh Prof. Dr. ‘Abdurrazzaq bin ‘Abdil Muhsin Al-‘Abbad Al-Badr Hafidzahullah. Pembahasan ini disampaikan oleh Ustadz Ahmad Zainuddin, Lc. pada Rabu, 18 Syawwal 1441 H / 10 Juni 2020 M.
Kajian Islam Tentang Hendaknya Wanita Muslimah Senantiasa Mempunyai Sifat Malu
Syaikh Prof. Dr. Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin Al-Badr Hafidzahumullahu Ta’ala berkata bahwa Sungguh Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memuji di dalam Al-Qur’an atas sifat malu yang sangat besar yang dimiliki oleh seorang wanita muslimah.
Jadi kita boleh katakan pada petunjuk yang ke-10 ini, Syaikh Prof. Dr. Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin Al-Badr Hafidzahumullahu Ta’ala membawakan petunjuk Al-Qur’an untuk wanita muslimah yaitu hendaknya wanita muslimah senantiasa mempunyai sifat malu.
Sifat malu menghantarkan kepada tertutupnya seorang wanita muslimah dari laki-laki yang bukan mahramnya. Sifat malu menghantarkan kepada terjaganya seorang wanita muslimah, sucinya seorang wanita muslimah dari laki-laki yang bukan mahramnya. Sifat malu menjadikan seorang wanita muslimah penuh dengan keanggunan dari laki-laki yang bukan mahramnya. Sifat malu menjadikan seorang wanita muslimah jauh dari bercampur dengan para laki-laki yang bukan mahramnya.
Dalil perintah Al-Qur’an
Penulis membawakan dalil atas perintah Al-Qur’an terhadap wanita muslimah agar senantiasa mempunyai sifat malu. Dalilnya yaitu cerita yang disebutkan di dalam Al-Qur’an Surat Al-Qasas, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَلَمَّا وَرَدَ مَاءَ مَدْيَنَ وَجَدَ عَلَيْهِ أُمَّةً مِّنَ النَّاسِ يَسْقُونَ وَوَجَدَ مِن دُونِهِمُ امْرَأَتَيْنِ تَذُودَانِ ۖ قَالَ مَا خَطْبُكُمَا ۖ قَالَتَا لَا نَسْقِي حَتَّىٰ يُصْدِرَ الرِّعَاءُ ۖ وَأَبُونَا شَيْخٌ كَبِيرٌ ﴿٢٣﴾ فَسَقَىٰ لَهُمَا ثُمَّ تَوَلَّىٰ إِلَى الظِّلِّ فَقَالَ رَبِّ إِنِّي لِمَا أَنزَلْتَ إِلَيَّ مِنْ خَيْرٍ فَقِيرٌ ﴿٢٤﴾ فَجَاءَتْهُ إِحْدَاهُمَا تَمْشِي عَلَى اسْتِحْيَاءٍ…
“Dan tatkala Nabi Musa ‘Alaihis Salam sampai di sumber air di negeri Madyan ia menjumpai di sana sekumpulan orang yang sedang meminumkan ternaknya. Nabi Musa ‘Alaihis Salam menjumpai di belakang orang banyak itu dua orang wanita yang sedang menahan ternaknya. Nabi Musa ‘Alaihis Salam lalu berkata: ‘Apakah engkau bermaksud meminumkan binatang ternakmu ke sumber air tersebut tapi engkau menunggu dulu orang-orang meminumkannya?’ Maka kedua wanita itu menjawab: ‘Kami tidak dapat meminumkan ternak kami sebelum penggembala-penggembala memulangkan ternaknya.’” (QS. Al-Qashash[28]: 23)
Artinya, para pengembang itu adalah para lelaki. Sesudah para lelaki meminumkan ternaknya, setelah mereka keluar pulang baru kami meminumkan ternak kami dari sumber air tersebut. Kenapa demikian? Kenapa tidak laki-laki yang mengerjakan ini?
…وَأَبُونَا شَيْخٌ كَبِيرٌ ﴿٢٣﴾
“…sedang bapak kami adalah orang tua yang telah lanjut umurnya.” (QS. Al-Qashash[28]: 23)
Lalu apa yang terjadi? Di ayat yang ke-24 Allah berfirman:
فَسَقَىٰ لَهُمَا ثُمَّ تَوَلَّىٰ إِلَى الظِّلِّ فَقَالَ رَبِّ إِنِّي لِمَا أَنزَلْتَ إِلَيَّ مِنْ خَيْرٍ فَقِيرٌ ﴿٢٤﴾
“Maka Musa memberi minum ternak itu untuk menolong keduanya, kemudian dia kembali ke tempat yang teduh lalu berdoa: ‘Wahai Rabbku, sesungguhnya aku sangat memerlukan suatu kebaikan yang Engkau turunkan kepadaku.’” (QS. Al-Qashash[28]: 24)
Di sini Nabi Musa ‘Alaihis Salam beliau berdoa:
رَبِّ إِنِّي لِمَا أَنزَلْتَ إِلَيَّ مِنْ خَيْرٍ فَقِيرٌ
“Wahai Rabbku sesungguhnya aku sangat memerlukan suatu kebaikan yang Engkau turunkan kepadaku.”
Disebutkan oleh Atha’ bin Saib yang perkataan beliau dinukil oleh Al-Hafidz Ibnu Katsir di dalam kitab tafsirnya bahwa bahwa Nabi Musa ‘Alaihis Salam ketika sudah menolong perempuan tersebut beliau duduk di bawah pohon kemudian beliau berdoa dengan suara yang kencang agar dua perempuan tadi mendengar.
Lalu kemudian datanglah kepada Musa salah seorang dari kedua wanita itu berjalan kemalu-maluan. Ini yang menjadi inti pembicaraan. Salah satu dari dua anak perempuan tersebut datang menemui Nabi Musa dengan malu-malu.
Jadi ceritanya sesudah ditolong oleh Nabi Musa kemudian dua perempuan tersebut pulang menemui bapaknya kemudian bapaknya heran kenapa anaknya cepat pulang, biasanya terlambat karena menunggu orang-orang meminumkan ternaknya dulu baru setelah itu anak perempuan tersebut meminumkannya agar tidak terjadi percampuran. Kemudian keduanya menceritakan bahwa mereka ditolong oleh seorang lelaki.
Di sini khilaf diantara para ulama tentang siapa bapak dua orang perempuan tersebut. Ada yang mengatakan Nabi Syu’aib ‘Alaihis Salam tetapi sebagian mengatakan bahwa dia adalah anak keturunan dari Nabi Syu’aib karena antara Nabi Syu’aib dengan Nabi Musa sangat jauh. Yang jelas Bapak tersebut memerintahkan kepada salah seorang dari anak perempuan untuk pergi menemui Nabi Musa. Maka akhirnya datanglah kepada Musa salah seorang dari kedua wanita tersebut berjalan dengan malu-malu.
Bagaimana maksudnya dengan malu-malu? Yaitu malu-malu jalannya seperti jalannya para perempuan yang baru bertemu dengan laki-laki yang bukan makhramnya.
Simak penjelasan lengkapnya pada menit ke-17:30
Download mp3 Kajian Tentang Hendaknya Wanita Muslimah Senantiasa Mempunyai Sifat Malu
Podcast: Play in new window | Download
Artikel asli: https://www.radiorodja.com/48551-hendaknya-wanita-muslimah-senantiasa-mempunyai-sifat-malu/